Jasa penerjemah Inggris Indonesia berpengalaman selama 15 tahun yang menawarkan jasa turnitin, menulis, parafrase, desain, terjemahan, dll.
Jalannya Acara Mendulang Dolar Dari Terjemahan – Gelar Wicara HPI Komda Jabar 27 Oktober 2018
Tulisan di bawah ini sebelumnya sudah ditampilkan dua hari setelah acara di grup Facebook HPI Komda Jabar sebagai catatan atau note. Berhubung grup itu sifatnya tertutup, jadi tulisannya tidak bisa dibaca semua orang. Terlebih lagi tulisan ini sengaja ditampilkan ulang di sini karena lanjutan kiriman sebelumnya, Jadi Panitia Acara Mendulang Dolar Dari Terjemahan di HPI Komda Jabar. Tadinya mau membuat tulisan dengan versi yang berbeda. Cuma perlu waktu itu. Apalagi dua bulan kemarin tidak sempat-sempat membuat tulisan di blog tarjiem ini. Jadilah langsung saling rekat saja dengan sedikit penyesuaian. Foto diambil dari kamera teman-teman panitia.
Hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2018 merupakan hari penyelenggaraan acara bertajuk “Mendulang Dolar Dari Terjemahan” yang diselenggarakan oleh Himpunan Penerjemah Indonesia Komisariat Daerah Jawa Barat (HPI Komda Jabar) di kota Bandung.
Begitu selesai mengangkat meja aluminium tambahan untuk meja penyambut tamu di lantai dua sebuah rumah makan, peserta pertama datang. Jam ketika itu belum menunjukkan 09.30 WIB, tapi masih 45 menit sebelum acara dimulai.
Pada saat mendekati pukul 09.30, satu per satu peserta hadir untuk mendaftar ulang sebelum acara dimulai sekitar pukul 10.00 hingga mencapai 72 orang yang hadir. Ibu Betty Sihombing membuka acara gelar wicara ini yang dilanjutkan dengan kata sambutan oleh ketua HPI Komda Jabar, bapak Ricky Zulkifli.
Pada saat pembukaan, bapak Hananto Sudharto sebagai ketua Umum HPI pusat, tampak baru tiba memasuki ruangan dan langsung memberi kata sambutan yang sekaligus memberi pengantar singkat bagaimana gambaran dunia penerjemahan untuk saat ini kepada peserta yang hampir sebagian besar sudah hadir semua. Selanjutnya, ibu Betty menyerahkan acara kepada bapak Eki sebagai moderator acara ini dan dilanjutkan dengan pembacaan profil masing-masing pembicara.
Awalnya, urutan pembicara adalah ibu Sofia Mansoor, ibu Ferdina Siregar, lalu ibu Rosmeilan Siagian. Namun atas usulan ibu Sofia, sebaiknya ibu Ferdina terlebih dahulu sebagai pembicara pertama dan usulan itu sangat tepat sekali sebagai subtema pembuka acara ini.
Ibu Ferdina benar-benar mempresentasikan bagaimana penerjemah itu dahulu (zaman old) hingga sekarang (zaman now) atau “Serba-Serbi Penerjemah Lepas di Zaman Now”. Beliau menceritakan pengalamannya ketika memutuskan keluar dari pekerjaan untuk menjadi penerjemah lepas penuh waktu. Padahal saat itu posisinya sudah Manajer di salah satu pusat bisnis jantung republik ini, Sudirman, Jakarta Pusat. Lalu materi ditutup dengan cerita bagaimana saat menghadiri konferensi penerjemah internasional di Amerika dan Eropa tahun lalu.
Salah satu materi ibu Sofia yang buat saya wajib diingat adalah bagaimana mengelola proyek terjemahan dengan banyak berkas digital, termasuk kode penomoran dan klasifikasinya. Ibu Sofia lebih suka dengan pengelompokkan tanggal pemberian kerja dibandingkan dengan pengelompokan berdasarkan nama pemberi kerja. Ada banyak informasi penting terkait pengelolaan proyek dan klien internasional yang disampaikan oleh Nifi, panggilan akrab ibu Sofia.
Ibu Rosmeilan atau kak Ros menutup sesi pertama tentang kiat memasarkan jasa penerjemahan domestik dan internasional. Selain memasarkan menggunakan metode dalam jaringan atau daring (online), metode luar jaringan tidak kalah hebatnya dan tidak boleh diremehkan. Bisa dibilang efeknya instan. Salah satunya ketika beliau menghadiri acara konferensi penerjemah internasional di Eropa. Setelah berkenalan dengan ketua acara tersebut, namanya kini tercantum di salah satu kantor resmi di Eropa.
Pada saat kak Ros mengatakan, jangan melupakan terjemahan pasangan bahasa daerah dengan bahasa asing, pak Danang sebagai salah satu peserta yang duduknya dekat dengan saya ketika jadi operator presentasi menunjukkan layar ponselnya. Beliau baru saja menerima surat masuk informasi pekerjaan dengan lima pasang bahasa daerah langka Indonesia. Salah satu pasang bahasa yang diingat adalah bahasa daerah sekitar kampung saya, Kerinci, Jambi. Padahal bahasa Kerinci atau Kincai ini tidak banyak penuturnya.
Begitu masing-masing pembicara memaparkan materi acara selama lebih kurang 30 menit, acara dilanjutkan dengan jeda istirahat atau ishoma (istirahat, sholat, makan) selama satu jam. Sebelum istirahat, foto bersama dilakukan terlebih dahulu.
Sesi kedua acara ini dilanjutkan pada pukul 13.10, yaitu sesi tanya-jawab. Cukup banyak para peserta yang begitu antusias ingin mengajukan pertanyaan. Memang pada saat materi disajikan, cukup banyak peserta yang menyimak sambil mencatat materi yang disampaikan para pembicara.
Terima kasih pak Imam JP atas publikasi foto bersama di koran Pikiran Rakyat, Selasa 13 November 2018 halaman 23.