tarjiem.com adalah blog dan lapak jasa penerjemah bahasa Inggris ke Indonesia dan Indonesia ke Inggris.
Bandung - Jawa Barat
WhatsApp: +6285210384502
tarjiem.com adalah blog dan lapak jasa penerjemah bahasa Inggris ke Indonesia dan Indonesia ke Inggris.
Bandung - Jawa Barat
WhatsApp: +6285210384502
Sudah lama sekali ingin menghapus plugin Elementor. Sejak Gutenberg muncul. Ketika kenal plugin Elementor, senang sekali. Saat sudah mengenal tema WordPress Divi Elegantthemes.
Rasanya hanya berselang satu tahun pakai Elementor, Gutenberg mulai muncul. Saat itu sudah mulai bimbang, tetap pakai Elementor versi gratis atau ganti ke Gutenberg.
Ada banyak halaman statis lapak jasa penerjemah Inggris Indonesia yang pakai Elementor. Jika Elementor dihapus, resikonya desain ulang. Padahal waktu mendesain halaman-halaman itu sampai satu minggu. Belum lagi memikirkan kata-katanya dan optimasi kecepatan setiap elemen yang ada.
Akhirnya, baru sekarang ada kesempatan untuk menghapus Elementor sepenuhnya dari tarjiem.com.
Alasannya karena suka kesederhanaan. Semakin sulit desain halaman, semakin sulit pula mengoptimalkan kecepatan halaman dan perlu sumber daya yang lebih banyak.
Memang desain penawaran halaman depan, atau kadang disebut sebagai landing pages, yang menarik itu penting. Seiiring berjalannya waktu, akhirnya pendapat saya berubah. Biarlah tampilan tidak terlihat mewah, asal informasi yang dibutuhkan ada ditampilkan. Terserah calon pembeli jasa translate, apakah tertarik ingin beli atau tidak.
Saat ini implementasi proyek Gutenberg dari WordPress sudah berjalan beberapa bulan. Sebelumnya sudah beberapa kali mendesain halaman dengan Gutenberg. Conothnya saja untuk web ini. Untuk desainer web jadi-jadian yang hanya bisa drag and drop, Gutenberg sudah cukup.
Bagi saya, perbandingan antara plugin Elementor dan Gutenberg hanya di animasi saja. Elementor ada animasi, Gutenberg tidak ada. Baik Gutenberg vs Elementor, keduanya sama-sama memiliki elemen kolom. Elemen kolom ini yang paling vital untuk urusan mendesain halaman, khususnya untuk tampilan layar lebar.
Penggunaan teks atau gambar yang bisa bergerak memang akan terlihat menarik dan ini merupakan kelebihan Elementor dibandingkan Gutenberg. Meski uji kecepatan halaman hasil desain Elementor baik, tapi tetap saja lebih suka kesederhanaan.
Setelah menghapus plugin Elementor, plugin Caldera Forms juga dihapus. Plugin yang biasa dipakai untuk mengirim fomulir kontak secara daring ini sangat bagus sekali. Caldera forms pernah sangat membantu saat mengurus acara Himpunan Penerjemah Indonesia Komsariat Daerah Jawa Barat.
Plugin Caldera dihapus karena tidak banyak terpakai sebagai formulir kontak. Padahal dengan Caldera ini, saya membuat kalkulator penerjemah sendiri. Kalkulator untuk menghitung estimasi biaya jasa terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Sayangnya, kalkulator yang dibuat ini tidak begitu terpakai.
Baik itu plugin Elementor dan plugin Caldera, keduanya adalah plugin yang terbaik di kategori masing-masing. Dua-duanya ada versi gratis dan berbayar. Versi gratis kedua plugin ini saja sudah sudah lebih dari cukup.
Sudah lama sekali ingin menghapus Plugin SEO Yoast. Plugin sejuta umat untuk urusan optimasi mesin pencari WordPress. Sayangnya, suatu waktu pernah mencopot plugin Yoast SEO, lalu tidak lama dipasang lagi.
Yoast adalah plugin yang menurut saya cukup berat. Berat bagi share hosting. Lalu, tidak lama ini, ada plugin SEO baru muncul. Namanya Slims SEO. Setelah dicoba di localhost, ternyata pengaturannya hampir tidak ada sama sekali. Sesuai namanya dalam bahasa Inggris slim, yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ramping atau langsing.
Tampaknya perlu waktu lagi untuk memutuskan mengganti plugin Yoast SEO ke plugin Slims SEO.
Dengan dihapusnya Elementor dan Caldera, jumlah plugin yang dipakai di blog dan lapak penerjemah bahasa Indonesia Inggris saat ini menjadi 10 plugin.
Tentu saja pada saat tulisan ini dibuat, Elementor ada dan Caldera masih ada. Prosesnya agak lama, karena harus mendesain ulang halaman yang sebelumnya pakai Elementor diubah menjadi Gutenberg.