Jasa penerjemah Inggris Indonesia berpengalaman selama 15 tahun yang menawarkan jasa turnitin, menulis, parafrase, desain, terjemahan, dll.
Perjalanan Baksos Lapas Anak IIB Muara Bulian Jambi
Ini adalah cerita perjalanan dalam rangka bakti sosial alumni SMAN 5 Jambi Angkatan 2004 ke Lapas Anak IIB Muara Bulian Provinsi Jambi pada bulan Ramadan, 9 Juli 2015 yang lalu. Sebenarnya ini adalah kelanjutan cerita saya yang sebelumnya dalam Buka Bersama 2015 Alumni SMAN 5 Jambi Angkatan 2004. Inti dari cerita yang cukup panjang ini sebenarnya ingin menggambarkan, kalau niat baik harus dilakukan dengan cara yang baik pula dan syukur alhamdulillah hal ini dapat kami wujudkan.
Mohon maaf kalau tulisan ini adalah tulisan yang panjang. Sebagian besar tulisan ini sudah saya tuliskan saat di kota Jambi. Namun baru bisa saya selesaikan dan publikasikan saat saya sudah kembali lagi ke kota Bandung. Berhubung tulisan ini cukup panjang, akhirnya tulisan ini saya bagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah bagian ini dan bagian ke dua tautannya ada di bagian cerita di dalam lapas, di bagian tengah cerita ini.
Pendahuluan
Sebelumnya sudah diberitahu kalau tahun 2015 ini, ada kegiatan yang namanya Bakti Sosial (Baksos) ke Lapas Anak IIB Muaro Bulian Jambi (https://www.facebook.com/lapasanakjambi). Jarak Muara Bulian-Jambi, kurang lebih jaraknya 50 KM. Pada saat saya mengetahui ada kegiatan ++ dalam acara buka bersama alumni smunel ini (https://www.facebook.com/groups/169022356485208/), saya cukup bergembira. Walaupun awalnya berpikir, lokasi bakti sosial ini cukup jauh, kurang lebih 43,4 KM.
Saya cukup menanti hari H kegiatan ini, Jumat sore 15:30 WIB 9 Juli 2015. Namun sayangnya saya agak sedikit terlambat berkumpul di rumah Yudi, Sipin di belakang Pizza Hut. Baru tiba di sana sekitar 15:45 WIB. Hal ini disebabkan saya keasyikan bermain game “Euro Truck Simulator 2“. Permainan menyetir truk besar angkutan barang.
Tiba di rumah Yudi setelah agak sedikit tergesa-gesa takut terlambat, setelah diantar oleh adik saya. Sudah ada Rindu, Diding dan Yudi. Padahal saya sudah mau minta maaf karena terlambat. Ternyata masih ada beberapa teman-teman lain yang belum datang. Kami pun ngobrol santai sambil menunggu yang lain (dan menenangkan detak jantung saya selama 5 menitan). Dodi tiba, Arai, Ijul, Dana, juga tiba. Dana membawa kendaraan sendiri ditemani Ijul. Arai juga bawa mobil juga. Sebelum berangkat, ide keren ini lahir. Foto-foto.
Saatnya berangkat. Rindu yang bawa mobil juga, ternyata mau mampir dulu ambil makanan ke rumah Ria, teman kami yang bekerja di Lapas Anak Muara Bulian ini. Yudi ternyata juga bawa mobil. Jadilah ada empat mobil yang berangkat ke Muara Bulian. Padahal kalau melihat di dalam foto itu, hanya ada 8 orang. Artinya 1 mobil 2 orang.
Berangkat Ke Lapas Anak Muara Bulian
Pada saat berangkat, dalam hati saya berpikir, apa mungkin bisa sampai tepat waktu di Lapas Anak sebelum buka puasa karena jam sudah melewati pukul 4 sore. Jarak 50-an km itu lumayan jauh.
Kami berjanji bertemu Rindu di gerbang perbatasan Kota Jambi. Kebetulan saya menumpang di mobil Yudi tiba lebih dulu di perbatasan. Suasana jalan saat keluar dari rumah Yudi, ramai dengan suasana ngabuburit. Menunggu 5-10 menit di perbatasan, ternyata bensin mobil kami tinggal 1 garis. Akhirnya kami putuskan jalan lebih dulu di depan dan berjanji berjumpa di pompa bensin simpang NES. NES sendiri merupakan istilah Bahasa Inggris dari Nucleus Estate Smallholders atau terjemahan Bahasa Indonesia dikenal sebagai PIR (Perusahaan Inti Rakyat).
Entah ada apa gerangan, baru masuk persneling tiga lepas gerbang perbatasan, jalan tersendat. Singkatnya, mobil kami terus merayap dari gerbang perbatasan Jambi, hingga melewati Kampus Unja Mendalo.
Entah bagaimana caranya mobil Rindu yang awalnya di belakang kami, bisa mendahului kami tanpa terlihat (terbang kali ye…) . Saya sedikit bersyukur, kalau supir saya kali ini cukup menerapkan ilmu sabar. Saya pribadi agak sedikit greget dengan macet panjang yang mungkin disebabkan ada kecelakaan di depan. Apalagi ini adalah jalur lintasan ke arah Muaro Bungo, Padang, atau Pekanbaru. Mau jam berapa tiba, sedangkan saat saat masuk jalur NES, jam mobil sudah menunjukkan pukul 17:30 sore.
Tiba di pompa bensin sebelum simpang empat NES, ternyata pompa bensin tutup. Cobaan sore kala bulan puasa kali ini cukup keren. Macet sudah dilalui, pompa bensinnya tutup.
Bermodal mobil kecil yang hemat bensin tanpa AC, kami memberanikan diri masuk menembus hutan sawit NES. Kami pun menghibur diri. Kalau pun bensin habis, kan di belakang ada mobil lain yang siap mendorong mobil kami dari belakang.
Ternyata Rindu yang bersama Dodi sudah menunggu kami di jalur jalan NES. Tiga mobil berkumpul. Mobil Rindu, Yudi, dan Ijul bersama mobil Dana di belakang kami. Langsung kami jalan. Tidak lama konvoi, tiba-tiba Rindu memberhentikan mobil di pinggir jalan. Oh yah, ternyata mobil Arai yang bersama dengan Diding tidak ada di belakang. Ternyata Arai mengambil jalur ke arah Muara Bulian. Lurus, tidak belok kiri lewat jalur NES. Lihat Jam, sudah jam 17:40 WIB. Sekitar 35 menit lagi buka puasa. Kami menunggu 1-2 menit, akhirnya kami putuskan untuk jalan saja terlebih dahulu.
Jalur NES dikenal dengan jalur yang lurus, mendaki, berbukit, berlubang, dan hanya cukup papasan 1 mobil saja. Sebuah jalur kendaraan ciri khas medan lintas Sumatra. Selisihnya hanya lebih pendek 6 KM jika dibandingkan jalan lintas Muara Bulian. Rindu yang di depan kami, tidak kesulitan melewati jalanan yang berbukit dan berlubang ini, mobilnya cukup tinggi. Sedangkan mobil kami tidak begitu tinggi. Dana juga tidak mau ketinggalan mobil Dana akhirnya mereka mendahului kami.
Kami pun cukup tertinggal 2 bukit dari Rindu dan Dana. Entah bagaimana, begitu memasuki belokan patah ke kanan jalur NES (Huruf L), Arai tiba di belakang kami. Suasana sudah mulai gelap. Jam sudah memasuki pukul 18:05 WIB. Artinya 10-15 menit lagi tidak berapa lama lagi waktunya berbuka.
Kapan tibanya ini?
Begitu berbelok kanan setelah melewati jalur lurus, berlobang, berbukit, kami akhirnya memasuki kawasan jalur hutan sawit NES milik PTPN 6. Sejak 10 tahun yang lalu saat saya mengenal jalur ini, jalur Jalur NES ini dikenal dengan adalah jalur rawan kecelakaan dan juga jalur rawan rampok (bahasa keren sekarang, begal atau bajing loncat) terlebih saat memasuki perkebunan sawit ini. Jalur ini benar-benar sepi. Sinyal ponsel dan radio saja sulit dibeli. Terbukti pada saat kami melewati jalur ini, ada kecelakaan tunggal yang dialami sebuah mobil jenis mini bus. Tampaknya mobil ini terlalu ‘keenakan’ melewati jalur tikungan landai jalan NES ini. Mobil ini sepertinya mengalami slip dan hanya mengalami ‘lecet’. Tampaknya tidak ada korban. Malamnya, pada saat kami pulang lewat jalur ini, mobil ini sudah tidak ada.
Tiba Di Lapas
Bersyukur mobil Arai terus mengiringi kami dari belakang. Walau mobil sudah tidak menggunakan AC untuk menghemat premium, namun tetap saja kali ini indikator bensin sudah tidak ada. Hilang lenyap tak berbekas. Wusss…. Artinya saat ini tinggal tunggu waktu saja kalau tiba-tiba mobilnya berhenti di hutan yang gelap ini. Kami pun menghibur diri mungkin hal ini disebabkan jalannya yang naik-turun. Sehingga indikatornya ikut timbul-tenggelam. Akhirnya sambil terus mencari “buntut” mobil Rindu dan Dana, kami mencoba mencari bensin eceran. Sambil berharap kami segera tiba di Lapas Anak ini.
Begitu melewati hutan sawit di Nes, beberapa rumah penduduk terlihat. Akhirnya ada juga yang jual bensin eceran, lengkap dengan warung kelontongnya. Yudi beli bensin, saya beli coklat kecil TOP dan air mineral Jambi persiapan pembatal puasa. Azan Magrib masih belum juga terdengar.
Ternyata tidak jauh dari tempat kami beli bensin eceran adalah Lapas Anak IIB Muara Bulian (http://lpanakjambi. blogspot.com/). Hanya berjarak 25 meter dari tempat kami beli bensin. Harga premium ini juga sangat layak 10 ribu untuk satu liter. Hanya butuh 2 liter untuk mencari pompa bensin terdekat setelah pulang dari Lapas Anak.
Bersukur Arai dan Diding jalan lebih dulu dan memberitahu jalan masuk gerbang ke Lapas Anak. Saya dan Yudi tidak tahu lokasi persis tempat ini. Seingat saya, sekitar 7 tahun yang lalu, lokasi Lapas anak terlihat jelas dari pinggir jalan. Sebuah bangunan dikelilingi tembok putih yang berdiri sendiri di hutan sawit Kini Lapas Anak ini tertutupi rumah penduduk dan satu-dua buah pohon kelapa sawit. Gunakan perkiraan koordinat dari saya untuk melihat lokasi persis lapas anak dari google maps ini.
Koordinat Lapas Anak Muara Bulian di Google Maps (Peta Google)
Cerita Di Dalam Lapas
Langsung saja buka “Bakti Sosial ke Lapas Anak IIB Muara Bulian Jambi“.
“Keluar Dari Penjara”
Ternyata Ibnu ikut juga dalam acara ini. Kebetulan Ibnu Dinas dokter umum di kota Muaro Bulian. Saya pun sempat ngobrol dengan Ibnu waktu acara buka bersama sebelumnya. Waktu sudah malam saat kami “keluar dari penjara” dan berfoto bersama. Suasannya sepi sekali, padahal rasanya masih jam 7.
Makan-Makan
Yah makan dulu ternyata. Tidak langsung pulang ke Jambi.
Cukup lama kami berputar-putar di Kota Muara Bulian dan sekitarnya mencari tempat makan dengan dipandu oleh Ibnu. Akhirnya tempat makan yang ketiga barulah masih ada menu makanannya, pecel lele. Beruntung menu pecel lelenya masih ada.
Cukup lama kami ngobrol-santai-panjang. Selesai makan kami berpisah dengan Ibnu, tentu sambil mengucapkan terima kasih banyak atas traktirannya. Setidaknya setelah isi bensin sebelum keliling-keliling cari makan di kota Muara Bulian, saya dan Yudi bisa sedikit lega menembus kembali Jalur NES yang sudah gelap. Tiba di Jambi setelah berkonvoi kembali. Dana, Ijul dan Arai berpisah terlebih dulu. Saya, Yudi, Diding, Rindu, Dodi, duduk sebentar berkumpul kembali di tempat Yudi. Lalu pamit pulang setelah sudah jam 11 malam.
Penutup
Luar biasa perjalanan kami ini mengantarkan amanah sumbangan yang diwujudkan dalam bentuk sekitar 36 sarung lebih buat saudara-saudara kita yang cerita hidupnya cukup berbeda. Niat baik sebaiknya disalurkan dengan cara yang baik pula. Bagi saya sebagai “tim pengembira”, acara ini “Mission Completed”. Kegiatan kali ini benar-benar berhasil. Pergi lancar, pulang lancar. Acara di dalam lapas anak pun, singkat-padat-tepat. Walau kami pergi terlambat (lantaran main Game), namun sepanjang acara ini, sama sekali kami tidak menyinggung soal ini. Tidak mudah pula berkumpul dengan teman-teman alumni sebanyak ini jika tidak menggunakan momen kali ini. Terlebih setelah 10 tahun “Masa Lalu yang Mendewasakan Kita”.
Mohon maaf jika ada beberapa nama yang tidak saya kenal dan tidak saya sebutkan. Buat teman-teman yang sudah memberikan sumbangannya, semoga doa-doa yang telah diaamiinkan adik-adik penghuni lapas anak IIB Muara Bulian bisa menembus langit ke tujuh. Aamiin.
wah, kalau bisa kita jangan sampai berurusan ke Lapas ya mas, apalagi terjerumus ke dalamnya :D
Yups….