Jasa penerjemah Inggris Indonesia berpengalaman selama 15 tahun yang menawarkan jasa turnitin, menulis, parafrase, desain, terjemahan, dll.
Kenapa Keluar Dari Semua Grup WhatsApp Kecuali Dua Grup Saja?
Pagi ini resmi dari keluar dari salah satu grup WhatsApp. Sebelum memutuskan untuk keluar dari semua grup WhatsApp, ada baiknya menulis kenang-kenangan. Kenang-kenangan grup WhatsApp apa saja yang ditinggalkan dan alasan kenapa keluar dari grup-grup tersebut.
Berikut grup-grup WhatsApp yang ditinggalkan:
1. Grup Alumni Kampus
Grup ini jarang aktif, jika ada yang penting baru grup ini ramai. Sayangnya di grup ini merasa minder. Dibandingkan hanya membaca saja, lebih baik keluar grup saja.
2. Grup Alumni Organisasi
Dulu waktu di kampus dan di SMA, aktif di salah satu kegiatan unit kegiatan siswa atau mahasiswa (UKM). Kami punya tim yang sangat solid, terlebih lagi jika kegiatannya di alam bebas. Meski berjauhan, sampai sekarang kekompakan dan solidaritas teman-teman tetap tidak berubah, terus kompak.
3. Grup Alumni Sekolah Dasar
Bersyukur hanya dimasukkan ke satu grup sekolah, grup SD. Grup ini bagus dan aktif, cuma isi pembahasannya kurang begitu perlu.
4. Grup Alumni SMA
Setelah WhatsApp digulung (scroll) ternyata ada grup sekolah yang lain, grup waktu zaman anak baru gede, SMA. Tepatnya grup saat kelas tiga SMA. Isinya sedikit, cuma pembahasannya suka bikin gagal fokus saat memanfaatkan WhatsApp.
5. Grup Keluarga Sangat Besar
Grup keluarga ini adalah grup dari jalur ayah. Mungkin isinya ada sekitar 100 orang di dalamnya. Sayangnya dari 100 orang, mungkin kurang dari 20 orang yang dikenal. Sisanya entah siapa. Sudah lama keluar dari grup ini.
Semua grup di atas sudah disenyapkan atau mute. Sayangnya grup-grup itu suka menenggelamkan pesan-pesan penting di WhatsApp yang harus ditanggapi. Suka bosan sendiri jika setiap hari harus “Mark as read.” Kalau diingat-ingat, hampir sebagian besar diundang untuk masuk ke grup-grup tersebut. Waktu itu masih zaman WhatsApp di Komputer Windows XP.
Tidak Ingin Menjadi Generasi Mayat Hidup atau Zombi
Paling malas kalau berpapasan orang di jalan dan dia tidak memperhatikan orang yang datang ke arahnya. Sibuk memperhatikan benda seukuran tangan yang dipegang dari bangun tidur sampai tidur bahkan sambil tidur kadang dipegang juga.
Ada yang bilang kalau yang lahir antara tahun 1990-2010 adalah Generasi Z (GenZ). Jangan sampai diartikan kalau Generasi Z ini adalah Generasi Zombi.
Menghindari Bacaan atau Berita Kaleng, Palsu, Sampah, Bohong atau Hoax
Di salah satu grup keluarga, ada saja anggota yang hampir setiap hari membagikan sesuatu di grup. Mulai dari yang berbau agama sampai yang mengarah ke politik. Meski harus saling mengingatkan dalam hal kebaikan, tapi tidak harus setiap hari juga diingatkan. Ada cara dan metodenya. Lebih-lebih yang dibagikan itu hanya salin-rekat, tanpa memeriksa ulang dan memastikan kebenaran yang dibagikan. Alibi yang dipakai “maaf cuma share”.
Pesan Di Grup Ditanggapi Tapi Pesan Jalur Pribadi Tidak Dibaca atau Dibalas
Ini yang membuat saya sendiri kesal dengan teman-teman di grup. Terkadang karena banyaknya grup yang dimasuki, jadi pesan-pesan yang hanya ada angka 1 warna hijau dan putih, tidak dibaca atau dibalas. Malah lebih aktif di grup dibandingkan membaca atau membalas pesan lewat jalur pribadi.
WhatsApp Fokus Untuk Jualan dan Membalas Pesan
Orang-orang terdekat dan yang mengenal saya, tahu dan paham bagaimana cara terbaik menghubungi saya. Sebagai alat komunikasi dan tukang jualan jasa penerjemah Inggris Indonesia Arab di dunia maya, WhatsApp jelas salah satu alat komunikasi yang dipakai untuk berkomunikasi dengan calon pelanggan. Jika grup-grup itu hanya menghabiskan waktu saja untuk dibaca, nanti komunikasi calon pelanggan atau pelanggan malah diabaikan.
Ingin Menjauhi Telepon (Pintar)
Telepon pintar atau smartphone itu hanya istilah pemasan agar dibilang keren bagi yang memakainya. Belum tentu yang menggunakan telepon pintar, paham bagaimana cara membagi waktu dengan telepon dengan dunia nyata di sekelilingnya. Saya sendiri masih menggunakan telepon senter.
WhatsApp yang dipakai ini hidup di komputer besar (pc) dengan bantuan NoxPlayer. Sisanya, Line dan Telegram menggunakan aplikasi resmi yang memang khusus dipakai di komputer. Toh calon pembali jasa terjemahan tidak akan ke mana, meski saat itu tidak cepat membalas pesan di WhatsApp, Surel, Line, Telegram, bahkan Live Chat.
Tanpa WhatsApp Iklan Sudah Banyak Lewat Pesan Singkat
Percaya atau tidak, tren atau cara pemasaran tahun-tahan mendatang akan masuk ke grup-grup atau pesan WhatsApp. Tanpa memakai WhatsApp saja, ada saja iklan 711di, es krim, tiket bisokop, penipuan, rentenir, dsb yang masuk ke nomor ponsel untuk jualan jasa terjemahan.
Agar Ponsel Tidak Suka Eror
Alasan ini bisa dipakai buat yang canggung ingin keluar dari sebuah grup. Pernah membaca kalau kebanyakan grup WhatsApp yang aktif, akan berdampak pada penurunan kinerja ponsel, misalnya baterai bisa cepat habis.
Fokus Di Media Sendiri
WhatsApp hanya salah satu aplikasi di ponsel pintar, masih banyak media pesaing WhatsApp yang lain. Sebut saja Facebook, meski WhatsApp adalah anak perusahaan Facebook. Jika WhatsApp atau Facebook dikembangkan oleh Amerika, si Mark Elliot Zuckerberg, maka Telegram dikembangkan oleh orang Rusia, Pavel Durov.
Facebook juga salah satu media sosial yang ada, masih ada media sosial tarjiem yang harus dikelola Twitter atau LinkedIn. Termasuk halaman penggemar tarjiem di Facebook, blog tarjiem ini, dan beberapa media lain.
Dua Grup WhatsApp yang Tersisa dan Dipertahankan
1. Grup Keluarga Dari Ibu
Grup ini jarang aktif dan aktif kalau ada kabar yang penting.
2. Grup Himpunan Penerjemah
Grup HPI Jabar ini juga sangat jarang aktif. Anggotanya tahu dan paham bagaimana cara menggunakan WhatsApp yang baik dan benar.
Dua grup ini tetap dipertahankan, karena sangat jarang sekali muncul diskusi. Mungkin satu bulan maksimal 3 kali. Tambahan lain, ada satu grup keluarga dari jalur ayah. Namun saat ini belum ingin masuk lagi. Jika sudah siap ‘diceramahi’ setiap saat oleh orang yang tidak dikenal, mungkin akan masuk lagi.
Lagi pula keluar dari grup WhatsApp bukan berarti pertemanan berakhir, toh masih ada cara lama. Masih ada nomor telepon dan pesan singkat yang bisa dihubungi. Itu juga kalau sial, tidak diangkat dan tidak dibalas.
Lebih Hebat Bersilaturahmi dan Bertatap Langsung
Dibandingkan dua jempol ini harus cepat-cepatan mengetik pesan di grup WhatsApp, lebih enak langsung pergi bertamu ke rumah dan bertemu secara langsung. Jangan melupakan silaturrahmi, meski 20 tahun lagi ada yang lebih canggih dari WhatsApp. Jumpa, bersalaman, dan menatap wajah secara langsung dan fokus di dunia nyata lebih berharga dibandingkan sibuk sendiri dengan benda berukuran 8 cm x 13 cm.
Hak Cipta Gambar Dimiliki Oleh Masing-Masing Pemiliknya