Jasa penerjemah Inggris Indonesia berpengalaman selama 15 tahun yang menawarkan jasa turnitin, menulis, parafrase, desain, terjemahan, dll.
Cara Mengelola Akun Media Sosial Nonperorangan
Tulisan ini sama dengan tulisan ini. Tadinya ingin menulis pedoman mengelola akun media sosial bukan perorangan. Berhubung prediksi tulisan akan panjang, bisa sampai 100 – 200 kata, maka kenapa tidak bikin tulisan di sini saja. Toh, ini adalah penjelasan umum.
Instagram, Twitter, dan Facebook
Zaman sekarang, kebanyakan orang sudah punya media sosial seperti ini. Kebanyakan menggunakan atas nama pribadi. Akun sosial pribadi. Namun tidak sedikit pula banyak institusi yang memanfaatkan media sosial. Sebut saja media sosial untuk organisasi, perusahaan, brand awareness, jualan, dsb.
Tidak sedikit bloger atau pemilik web punya akun media sosial khusus. Si tarjiem juga ada. Facebook ada, Twitter ada, Instagram juga ada. Cuma ya begitu, belum sempat dikelola. Bahkan LinkedIn juga ada.
Facebook sedikit berbeda dengan Twitter dan Instagram (IG). Facebook lebih tepatnya disebut sebagai halaman penggemar Facebook atau fanspage. Biasa disingkat FP. Jika Facebook sedikit lebih mudah pengaturannya, karena lebih tua umurnya, Twitter dan Instagram agak beda caranya. IG mungkin lebih muda umurnya, mangkanya boleh saya bilang, lebih sulit pengelolaanya.
Manajemen Banyak Pengguna atau Multi-User
Pengelolaan fanspage lebih mudah karena satu halaman fanspage Facebook bisa dikelola oleh banyak orang/administrator dalam waktu yang bersamaan. Instagram, sependek saya googling, masih belum bisa. Mungkin bisa, namun perlu belajar lagi.
Twitter bisa, harus menggunakan tweetdeck.twitter.com. Namun saya belum mencobanya lebih jauh.
Jadi, skenario yang saya buat adalah memberikan akses masuk/sandi/password IG dan Twitter untuk dikelola oleh satu orang. Sedangkan fanspage, masih bisa dikelola bersamaan, banyak administrator. Berikut manajemen akun media sosial sebuah organisasi, khususnya Instagram dan Twitter. Facebook juga termasuk.
- Hindari mengikuti akun perorangan
- Fokus pada publikasi kegiatan
- Validasi kembali informasi yang akan disebarkan
- Perhatikan hak cipta penggunaan infografis atau gambar
- Akan bertambah seiring waktu
Sebenarnya poin paling penting itu nomor satu. Khususnya untuk IG dan Twitter.
Hindari Mengikuti Akun Perorangan
Berhubung ini adalah akun organisasi, maka hindari mengikuti atau following akun perorangan. Ikuti akun yang relevan dengan akun yang dikelola. Misalnya jika mengelola akun media sosial tentang bahasa, maka akun institusi yang diikuti sebaiknya, akun Badan Bahasa atau Balai Bahasa. Bukan akun yang membahas soal tumbuh-tumbuhan.
Bisa saja mengikuti akun perorangan, namun pastikan akun yang diikuti itu benar-benar relevan. Orang yang diikuti juga, harus asli.
Jangan terlalu banyak mengikuti
Ada istilah follback atau follow back, jangan tersihir dengan istilah itu. Pastikan saja jangan terlalu banyak mem-follow akun medsos. Apalagi akun medsos itu tidak dikenal. Bahkan tidak ada hubungannya.
Fokus Pada Publikasi Kegiatan
Salah satu tujuan media sosial adalah media penerangan, media publikasi. Bukan banyak-banyakan pengikut atau follower. Apalagi akun medsos organisasi nonprofit.
Kalau ingin banyak follower, follower bisa dibeli. Harganya juga murah.
Ada beberapa dokumentasi kegiatan yang mungkin tidak bisa disimpan secara utuh di satu tempat. Nah untuk itulah fungsi media sosial. Kelebihan media sosial itu, kita bisa sepuas-puasnya mengirim gambar atau video, tanpa harus khawatir batasan upload.
Memang IG atau Twitter ada batasan durasi video, tapi kan bisa diunggah beberapa kali. Malah di Facebook, lebih panjang untuk durasi video. Gambar kegiatan juga bisa lebih banyak diunggah. Dokumentasinya lebih rapi.
Validasi Lagi Informasi yang Akan Disebarkan
Kalau mau lomba ganteng-gantengan profil media sosial, salah satu caranya harus rajin membuat status setiap hari. Kalau mau instan, beli yang sudah jadi. Gampang kan?
Nah berhubung organisasi nonprofit, administrator media sosial tidak digaji, dibayar juga tidak, fokus saja pada publikasi informasi kegiatan. Baik itu kegiatan yang sudah berlangsung atau yang akan diselenggarakan.
Jika masih teguh pada tingkat kegantengan medsos organisasi, caranya rajin-rajinlah membuat status baru yang menarik secara rutin. Entah itu sehari sekali, seminggu 3 kali, atau malah sehari tiga kali.
Sayangnya, tidak mudah melakukan hal itu. Apalagi tidak dibayar. Sekelas perusahaan saja, ada orang khusus yang digaji untuk itu. Untuk mengelola medis sosial. Bahkan timnya juga ada. Mungkin disebut sebagai, tim kreatif.
Belum lagi pada saat membagikan status baru, harus bisa merangkai kata-kata, mendesain gambar, validasi informasi. Satu jam waktunya kurang hanya untuk membuat satu status baru.
Perhatikan Hak Cipta Penggunaan Infografis atau Gambar
Kenapa disarankan fokus pada penyebaran informasi kegiatan saja, karena ya ini. Desain gambar untuk satu status yang menarik perhatian itu tidak gampang. Penggunaan gambar bebas hak cipta dan validasi informasi yang akan dibagikan, bukan sesuatu hal yang bisa dikerjakan dalam sekejap mata.
Akan Bertambah Seiring Waktu
Tidak perlu khawatir dengan akun medsos yang masih baru. Belum ada pengikut. Jumlah kiriman masih sedikit.
Dengan disebarkannya informasi kegiatan yang relevan dengan organisasi itu sendiri, nanti pengikut akan bertambah dengan sendirinya. Pengikut juga adalah akun medsos asli, bukan akun medsos palsu (bot).
Nanti juga, tidak terasa kiriman juga akan bertambah banyak dengan sendiri. Bahkan, sampai lupa, kiriman apa saja yang pernah di-posting atau dipublikasi.
Ingat Friendster?
Generasi milenial pasti tidak tahu Friendster. Di saat jayanya, banyak yang menggunakan. Sekelas Yahoo saja, bisa digoyah Gmail. Jangan heran kalau medsos yang dipakai saat ini, bisa punah 10 atau 20 tahun ke depan. Google Plus saja sudah lenyap.
Semoga teknologi yang ada dan gratis ini bisa dimanfaatkan dengan bijak.