Jasa penerjemah Inggris Indonesia berpengalaman selama 15 tahun yang menawarkan jasa turnitin, menulis, parafrase, desain, terjemahan, dll.
Buya Hamka – Biografi Haji Abdul Malik Karim Amrullah
Ada kepingan sejarah bangsa Indonesia di dalam buku ini. Termasuk sejarah kota Jakarta, Yayasan Pendidikan Islam Sekolah Al-Azhar dan sejarah dasar negara Indonesia. Selain ilmu sejarah, isi buku ini bisa membangun jiwa dan karakter. Karakter muslim yang tegar di jalan kebenaran tanpa takut ke siapa pun.
Buku ini ditulis oleh anak kelima dari Buya Hamka, Irfan Hamka. Hebatnya, cerita yang disampaikan begitu detail sekali. Ada banyak sekali detail nama-nama tokoh bangsa Indonesia, orang yang pernah ditemui, dan peristiwa yang pernah dialami ketika sang anak masih muda bersama ayahnya.
Buku ini tebal. Ada 288 halaman yang isinya adalah kisah dari seorang anak kepada sang ayah. Lampirannya pun banyak dan menarik. Ada ranji atau silsilah keluarga Hamka di lampiran buku ini. Pengantar buku ini adalah Dr. Taufiq Ismail, seorang sastrawan Indonesia.
Panggilan Buya Hamka
Arti Buya adalah panggilan kehormatan atau gelar ulama yang diberikan kepada seseorang yang dianggap paham ilmu agama (Islam). Panggilan ini digunakan masyarakat Sumatera Barat atau Minangkabau ke pada Hamka saat itu.
Hamka: Ulama, Pejuang, Sastrawan, dan Negarawan
Tidak heran kalau Haji Abdul Malik Karim Amrullah (1908-1981) atau disingkat HAMKA mendapat gelar pahlawan nasional Indonesia pada tanggal 8 November 2011. Berasal dari keluarga ulama dan berhasil menjadi ulama.
Hamka muda benar-benar melakukan perjuangan fisik 1920-an saat Indonesia mengalami revolusi fisik. Ia berani masuk dan menembus rimba belantara di Sumatera selama berminggu-minggu yang saat itu harimaunya masih banyak sekali. Ia dan dua kawan perjuangannya memang benar-benar bertemu harimau (hlm. 239).
Setelah Indonesia merdeka, ia pun bekerja di Departeman Agama Republik Indonesia pada tahun 1950. Ia membawa keluarganya dari Sumatera Barat ke Jakarta, membangun rumah besar, dan bermukim di Jakarta hingga akhir hayatnya.
Hamka Seorang Penulis dan Sastrawan
Ketika belum zaman digital, tidak mudah untuk menerbitkan tulisan. Tidak mudah membuat hal-hal yang viral, hoaks, atau mencari popularitas dalam sekejap. Untuk menghidupi 10 orang anaknya, Hamka juga menulis berbagai tulisan dan artikel yang diterbitkan di media cetak atau surat kabar saat itu.
Hamka dan Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer (1925-2006) atau Pram adalah sastrawan besar, seperti halnya Hamka. Kalau zaman sekarang, mungkin ibarat dua orang YouTuber terkenal dengan jumlah pelanggan videonya (subscriber) yang mencapai puluhan juta orang. Atau, seperti dua media cetak/koran atau dua media elektronik/televisi/berita/web yang terkenal saat ini.
Hamka langsung masuk penjara tanpa lewat pengadilan alias proses hukum selama dua tahun empat bulan, 1964. Hamka yang anti Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi target utama hoaks selama berbulan-bulan dari surat kabar Lentera yang dipimpin oleh Pram. Ia dituduh membuat rencana membunuh Presiden Soekarno. Ia pun dibebaskan saat rezim Soekarno tumbang atau saat Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh/Kudeta 1 Oktober 1965). Pram pun dipenjara di Pulau Buru karena tindakan yang ia lakukan.
Menariknya, saat bebas Hamka sama sekali tidak benci atau dendam terhadap Pram. Malahan Hamka bersyukur dipenjara karena saat di dalam penjara ia berhasil membuat Tafsir Al-Azhar yang monumental. Ia pun bersedia mengajarkan Islam kepada Daniel, calon suami anak wanita Pram yang bernama Astuti. Pram meminta Daniel dan Astuti untuk belajar Islam ke Hamka (hlm. 264). Sebagai penulis, Hamka pun tidak membenci karya-karya Pram yang berfilsafat cinta.
Hamka, Soekarno, Soeharto, Moh. Yamin, dan Dasar Negara Indonesia
Dua presiden Indonesia ini pun tak lepas dari sejarah hidup Buya Hamka. Termasuk nama tokoh besar bangsa Indonesia yang lain. Meski sama-sama memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan cara angkat senjata, Presiden Soekarno menjebloskan Hamka ke penjara. Lalu saat Soeharto naik, Hamka dibebaskan dari penjara.
Hamka dan Mohammad Yamin juga pernah berseberangan. Hamka mengatakan hal yang berseberangan dan membuat Moh. Yamin marah dalam suatu acara persidangan perumusan Dasar Negara Republik Indonesia. Namun pada akhirnya, Hamka berada di samping Moh. Yamin saat menjelang ajal. Hamka pun mengantarkan jenazah Moh. Yamin ke Desa Talawi, Payakumbuh, Sumatera Barat.
Ketua MUI Pertama
Jika diibaratkan saat ini, Hamka itu seperti adalah anggota dewan, entah DPR RI itu atau MPR RI. Istilah saat itu, ia adalah Anggota Konstituante Republik Indonesia (1957-1955). Bahkan, Hamka adalah ketua umum pertama MUI atau Majelis Ulama Indonesia tahun 1977 – 1981. Fatwa beliau yang terkenal adalah mengharamkan umat Islam mengikuti acara perayaan natal.
Pemerintah pun meminta Hamka mencabut fatwa itu namun Hamka memilih mundur dari jabatan Ketua Umum MUI.
Hamka Menikah Dua Kali dan 10 Orang Anak
Sebenarnya ada 12 orang anak Hamka. Hanya dua orang anaknya meninggal saat masih balita.
Saya membayangkan zaman perang tanpa andorid saja takjub mendengar jumlah anak Hamka. Dari 10 orang anak Hamka, 10 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan.
Semua anak ini berasal dari istri pertama Hamka, Hj. Siti Raham binti Rasul Sutan. Mereka menikah 5 April 1929. Lalu saat istri pertama meninggal (1 Januari 1971), Hamka menikah dengan istri kedua, Hj. Siti Chadijah.
Buku Sejarah HAMKA yang Bagus
Jiwa kita seolah-olah dibangun dan banyak mendapatkan motivasi saat membaca buku sejarah hidup Buya Hamka. Saya sendiri yang lahir di zaman listrik, merasa tidak ada apa-apanya setelah membaca cerita tokoh besar Bangsa Indonesia ini.
Hamka pandai silat Minang dan mendapatkan sebutan Jawara saat ia masih muda. Saat muda ia menjadi pejuang fisik dan saat tua ia pun menjadi pejuang tulisan, lisan, dan kekuasaan.
Dengan keterbatasan teknologi saat itu, Hamka berhasil mencapai titik terbaik yang menjadi impian banyak orang.
Buku yang Dibangun Oleh Profesor dan Ahlinya
Buku “Ayah…” ini dibuat oleh anak Hamka. Irfan Hamka sendiri adalah seorang wartawan dan penulis. Lalu, salah satu anak Hamka yang ikut menyusun buku ini ada yang bergelar profesor. Pantas saja saat membaca buku ini, buku ini benar-benar terstruktur dan rapi sekali. Mirip sebuah disertasi, ada 10 bagian yang di dalamnya ada subbagian.
Bahkan, kesalahan ketik (saltik atau typo) minim sekali. Saya hanya menemukan satu salah ketik saja.
Ada Kucing
Ada kucing dalam hidup Hamka. Menariknya, Hamka tidak sengaja memelihara kucing. Ia mendapati kucing kecil yang dibuang dan tersesat lalu dipungut oleh Hamka. Kucing yang diberi nama Si Kuning pun setia menemani Hamka saat ke masjid dan ikut bersedih saat Hamka wafat.
Ada Cerita Jin
Buat yang suka cerita alam gaib, di sini ada cerita nyata. Bagaimana Hamka berdialog langsung dengan jin penunggu rumah yang baru Hamka bangun di Jakarta.
Buku Pinjaman
Sayang sekali saya tidak bisa mengoleksi buku fisik yang bagus ini. Secara emosional, ada rasa keterkaitan dengan Hamka karena lahir dalam budaya dan kampung yang sama, Minang.
Belum lagi buku terbitan Republika ini ada logo hologram, buku asli. Bahasanya pun bagus sekali.
Saya tidak bisa membayangkan betapa banyak istilah-istilah lama yang sudah kena sunting editor Republika sebelum diterbitkan. Penulis buku, Irfan Hamka, menulis saat usianya sudah sepuh. Tentu banyak sekali khazanah bahasa Indonesia istilah zaman baheula yang dipakai.
Suara Hamka di YouTube
Pada saat diizinkan meminjam buku dalam waktu yang lama, saya diberi dua pilihan buku. Satu buku tentang biografi orang yang masih hidup dan satu lagi buku Hamka ini. Saya memilih buku biografi orang yang sudah wafat. Alasannya, kalau masih hidup, khawatir terlalu berlebihan cerita orang tersebut.
Cerita orang yang sudah wafat pun, Hamka, saya anggap terlalu “dewa” kisah perjalanan hidupnya. Saya pun tidak menyangka, ada cukup banyak kajian Islam atau nasihat Hamka yang terdokumentasi di Youtube.
Contoh yang saya ambil secara acak https://www.youtube.com/watch?v=9lFigeXtdnY
atau https://www.youtube.com/watch?v=xPJxuWq6JLY
.
Empat Jam Dibaca Dua Kali Duduk
Karena buku ini benar-benar positif, hanya dalam waktu empat jam buku ini habis dibaca. Pertama kali dibaca hanya sekitar 45 menit lalu sesi kedua sekitar 3-4 jam.
Judul Buku | : Ayah… Kisah Buya Hamka |
---|---|
Penulis | : Irfan Hamka |
Penerbit | : Republika Penerbit, Jl. Taman Margasatwa No. 12 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta, 12550 |
Tahun Terbit | : Cetakan I, Mei 2013 |
Editor Kepala | : Teuku Chairul Wisal |
Editor | : Muh. Iqbal Santosa, Andriyati |
Bahasa | : Indonesia |
ISBN | : 978-602-8997-71-3 |
Halaman | : xxviii + 321 hal (349 halaman) |
Ukuran | : 13,5×20,5 cm. |
Genre | : Agama/Kisah Inspiratif |
Desain Sampul | : Mano Wolfie |
Tata Letak/ Layout | : Alfian |
Nilai Ulasan | : 4,9 Skala 1-5 |
Buku ini bisa menjadi bacaan untuk anak muda yang masih belia saat ingin membangun karakter diri. Keren.