Jasa penerjemah Inggris Indonesia berpengalaman selama 15 tahun yang menawarkan jasa turnitin, menulis, parafrase, desain, terjemahan, dll.
Pindah Share Hosting IIX Indonesia ke Semi-Dedicated Kanada
Baru kemarin saya meminta penyedia jasa layanan hosting saya dhyhost untuk memindahkan hosting tarjiem.com saya dari share hosting server di Indonesia (Data Center Jakarta) ke server yang jauh di benua lain, Negeri Kanada. Alasannya sederhana sekali, karena waktu itu sedang ada promo hosting semi-dedicated dari hosting saya. Promonya hingga 50% dan berlaku selamanya. Saya yang membaca harga yang akan dibeli terpotong sebanyak 50% dan berlaku seterusnya, jadi tertarik ingin mencoba apa rasanya menggunakan server semi-dedicated ini.
Istilah hosting semi-dedicated sendiri, saat saya mencoba mencari penjelasannya di internet, masih agak rancu. Ada yang menjelaskan kalau hosting semi-dedicated ini adalah hosting dedicated yang dibagi dua atau beberapa bagian. Namun entahlah, yang jelas dan yang saya tahu, setidaknya hosting semi-dedicated itu sedikit lebih baik dibandingkan menggunakan shared hosting (penggunaan hosting yang dibagi-bagi ke beberapa pengguna).
Namun ada kelemahan saat menggunakan semi-dedicated itu sendiri. Yaitu adanya batasan penggunaan pita lebar (bandwith) dari hosting ini. Ibaratnya kalau bandwith itu adalah sebuah jalan tol, maka akan ada batasan mobil yang melintas di jalan tol tersebut dalam waktu setiap bulannya. Namun setelah saya hitung-hitung, akhirnya saya ingin mencoba paket hosting semi-dedicated ini. Lagi pula, paket semi-dedicated ini ada pilihan berlangganan secara bulanan, kalau shared hosting hampir seluruhnya tahunan.
Yah bulan ini saya ingin mencoba paket hosting semi-dedicated 3 dari dhyhost. Spesifikasi umum pilihan paket yang saya ambil adalah kapasitas penyimpanan (disk space) 3 GB dan bandwith 20 GB dengan harga Rp22.5000 per bulan setelah diskon. Kalau sebelum diskon harganya Rp44.500 per bulan. Kalau di shared hosting dhy-2 yang saya sewa tahunan 3-4 bulanan yang lalu harganya adalah sekitar Rp45.000 per tahun dengan kapasitas penyimpanan yang menurut saya itu cukup bagi saya yaitu 500 MB dengan bandwith yang tidak terbatas. Jadi harga semi-dedicated ini harganya hampir 100% lebih mahal jika dibandingkan dengan shared hosting yang berlokasi di Indonesia.
Kelemahan lain dari semi-dedicated ini adalah lokasinya yang sangat jauh. Padahal target pengunjung jasa terjemahan saya adalah pengunjung yang berada di Indonesia. Sehingga akses pengunjung untuk masuk ke situs saya (server) akan membutuhkan waktu dan jarak yang cukup jauh. Namun jika saya melihat tren yang baru 2 hari ini, ada sedikit peningkatan ke dalam situs saya setidaknya naik 15-25 % per harinya. Mungkin itu karena saya menggunakan layanan cloudflare, sehingga cukup membatu mempercepat pengunjung mengakses situs tarjiem.com saya. Namun jika saya lihat statistik pengunjung, tampaknya tercatat banyak bendera dari luar negeri yang masuk ke situs saya. Apakah itu karena IP (protokol indeks atau alamat internet) yang tercatat hanya kebetulan IP luar ngeri atau memang dari luar negeri. Entahlah.
Sengaja saya mencoba pindah ke semi-dedicated ini. Saya ingin melihat berapa besar efek penerbitan artikel secara rutin yang akan saya lakukan minggu depan. Saya khawatir jika shared hosting saya tidak mampu menampung lebih dari seribu pengunjung dalam satu harinya walaupun besar kemungkinan masih bisa. Karena saat ini saja setidaknya hampir 300-400 lebih pengunjung dalam 1 hari. Mangkanya saya ingin mencoba apa rasanya menggunakan semi-dedicated karena kalau hosting dedicated asli harganya mahal sekali, minimal Rp100.000-150.000 per bulan. Namun memang server dedicated (atau mungkin semi dedicated) itu setidaknya tidak digunakan secara massal.
Lagi pula kalau memang semi-dedicated ini dirasa agak kurang untuk situs jasa terjemahan saya, toh saya akan kembali ke share hosting. Namun saya akan siap-siap pindah jika shared hosting yang saat ini saya anggurkan, tidak cukup mampu menampung jumlah pengunjung yang mungkin akan mengalami peningkatan. Karena itu saya ingin mencoba semi-dedicated dulu 1 bulan ini. Semoga saya mendapatkan hasil yang terbaik, walaupun servernya jauh sekali di benua lain, Kanada. Lihat juga ulasan saya atas hosting dhyhost.
Apa maksudnya VPS tanpa panel? Langung WP admin gitu?
VPS tanpa panel (Unmanaged):
Kalau pernah menggunakan komputer pada tahun 1995-1998, kurang lebih begitu tampilannya.
Tampilannya hitam putih (MS-DOS) atau dengan kata lain mengolahnya menggunakan CLI (Command Line Interface).
Coba lihat gambar-gambar yang ada di tautan tulisan hardinal.com di komentar atas. Kurang lebih begitu tampilan menggunakan / mengolah VPS tanpa panel (Unmanaged VPS). Seperti menggunakan Windows Command Prompt atau nama program yang terkenalnya, PuTTY.
Sekarang Tarijem pakai hosting jenis apa?
Saya bingung, mau beli vps atau semi dedicated (vip). Setelah saya baca-baca di google, sepertinya semi dedicated atau istilah di Indoneisa “VIP” hanyalah shared yang space-nya diperbesar.
Mohon bimbingannya. Kalau boleh, tolong ajarkan cara menguji kualitas suatu hosting supaya gak ketipu.
Sekarang pakai virtual private server atau vps.
Semi-dedicated= VPS versi sederhana, mudah dan gak ribet.
Saran saya, pakai semi-dedicated jika gak mau pusing dengan olahan vps.
Walau harga vps boleh dibilang lebih murah dibandingkan semi-dedicated.
Cara saya sederhana, tinggal dilihat saja respon layanan pelanggan (customer service/live chat). Kalau bagus responnya atau pengetahuan produk (knowledge product) mereka bagus, itu artinya setidaknya hostingnya cukup bagus.
Coba dulu ambil paket uji coba/trial, kalau ada. Walau agak sedikit membuang waktu paling gak mesin hostingnya bisa diketahui kemampuannya.
Emang ketipu dari mana, apa nama hosting yang menipu?
Saya gak bisa coding, di DO atau Vultr mudah dioprasikan tidak?
Saya mau pindahin WP saya yang pakai shared.
Tidak, kalau tidak tahu caranya.
Silakan.
Maksud saya, di DO dan Vultr kabarnya ada semacam template langsung instal. Jadi, sudah ada WP di dalamnya gak usah dan langsung bisa posting. Apa benar?
Iya benar.
Di Digital Ocean memang ada fasilitas 1 klik instalasi wordpreess (One-Click Apps).
Jika memang sudah tahu cara mengarahkan domain (domain pointing) dan migrasi wordpress setelah terinstal, ya silakan saja menggunakan cara paling mudah itu.
Terus terang, saya pribadi meminta bantuan jasa pindah vps untuk migrasi dari semi-dedicated ke VPS. Cara yang saya pakai juga tidak menggunakan 1 klik instalasi wordpress di atas.
Kurang lebih salah satu materi yang dipelajari waktu pindahan ke VPS ini hardinal.com/blog/kupas-tuntas-cara-hosting-situs-di-unmanaged-vps/ Konfigurasi saat ini menggunakan Panel Webuzo dan Nginx. Tapi nanti mau belajar mengolah pakai vps tanpa panel. Biar lebih enteng VPS nya. Lebih lega.
Saran: Memang keliatannya sederhana, tapi sebenarnya banyak faktor yang perlu diperhatikan waktu pindah ke VPS. Belum lagi dari segi keamanannya. Jadi, jangan buru-buru pindah ke VPS. Pelajari dulu soal vps. Kalau sudah siap dengan resiko dan kelebihan vps, silakan pindah.