Jasa penerjemah Inggris Indonesia berpengalaman selama 15 tahun yang menawarkan jasa turnitin, menulis, parafrase, desain, terjemahan, dll.
Bandung-Jakarta 18 Jam PP Dengan Sepeda Motor 30 April 2016
Sepertinya ada yang kurang kalau perjalanan minggu lalu naik sepeda motor ke Jakarta terus balik lagi ke Bandung tidak didokumentasikan. Perjalanan ini memang lumayan menarik. Saking bersemangatnya, rencana perjalanan ke Jakarta ini sudah ada tulisannya di Menembus Jakarta.
Ini adalah cerita (yang cukup panjang) perjalanan 18 jam penulis dalam rangka menghadiri dua acara di Jakarta. Pertama di Bekasi Utara, tepatnya di perumahan Taman Harapan Baru di dekat perumahan Tamah Harapan Indah. Lalu yang kedua lokasinya di Kemang Selatan Raya-Bangka, Jakarta Selatan. Plus satu lagi lokasi bonus di daerah Condet dekat PGC Cililitan, Jakarta Timur.
Boleh dibilang perjalanan ini agak seru. Seru lantaran sudah lama gak ke Jakarta. Hitung-hitung melepas kangen ‘panasnya aspal Jekardah’. Sekaligus juga iseng-iseng jalan-jalan ke Jakarta. Lumayan lah buat ‘rekreasi’ satu hari.
Secara umum, alhamdulillah pergi-pulang (PP) dari Bandung ke Jakarta lalu balik lagi ke Kota Bandung ini berjalan lancar. Hampir semuanya berjalan normal dan lancar. Bahkan boleh dibilang sangat lancar.
Hanya saja, awal rencana pulang dari Jakarta ke Bandung agak sedikit terlambat. Namun berhubung pulangnya sedikit santai, jadi boleh dibilang perjalanan pulang ini cukup ‘menyenangkan’.
Berangkat dari Bandung ke Jakarta Pukul 7 Pagi
Pagi hari sebelum berangkat, bela-belain mandi air hangat. Biar badan segar. Pukul 6 pagi sudah berburu sarapan bubur ayam, plus dua roti penambah ganjalan perut. Jadi waktu di jalan, urusan dalam negeri (perut) sudah aman.
Butuh waktu 15 menit untuk dandan busana naik motor. Pukul 7 kurang lima menit, berangkat dari kosan di Pusdai. Anggap saja start berangkat dari Gedung Sate. Isi pertamax awal 15 ribu.
Hari itu hari Sabtu. Dari Gedung Sate langsung menuju ke arah pintu tol Pasteur dan belok kiri ke arah Jl. Gunung Batu menuju Cimahi. Bersyukur di Cimahi tidak terlalu ramai, bahkan cenderung lancar jaya hingga pintu tol Padalarang-Kota Baru Parahyangan.
Begitu masuk dan memutar di Perumahan Kota Baru Parahyangan, mulai terlihat antrian kendaraan. Awalnya belum curiga kenapa ada antri kendaraan mobil. Namun begitu memasuki Pasar Padalarang perasaan sudah mulai gak enak.
Antrian Panjang di Padalarang
Ternyata ada pengecoran 30 cm setengah jalan yang menyebabkan antrian panjang. Motor saja juga ikut antri panjang. Parahnya waktu tiba di mulut cor setengah jalan, sistem buka tutup tidak berjalan bagus. Antrian panjang kendaraan mobil dan bonus motor hampir tidak terelakkan.
Mungkin habis hanya untuk urusan antri ini memakan waktu 1 jam perjalanan. Kalau saja tidak pakai sistem ‘bandel’ sedikit, sudah mampus deh ikut antrian panjang ini. Padahal ini baru 1/10 perjalanan. Masih stage 1.
Bersyukur lepas dari antrian yang mengerikan ini. Rasanya ingin loncat-loncat sambil berteriak. Bayangkan saja, begitu lepas antrian ini, mungkin ada 3-5 km antrian dari mobil arah berlawanan. Menyeramkan.
Bandung ke Jakarta Lewat Jonggol
Begitu tiba di daerah Ciranjang, maka akan ada pertigaan ke kanan arah Jonggol saat di jalanan lurus menuju arah Cianjur. Seperti biasa, sebelum mendaki-gunung melewati-lembah, biar tenang sepeda motor kudu diisi minum dulu. Isi pertamax 20 ribu di pom bensin persis di kiri jalan sebelum simpang pertigaan arah Jonggol setelah melewati Ciranjang.
Kata paman saya, dulu Jonggol ini dikenal tempat pembuangan tahanan perang. Entahlah. Namun bagi yang pernah ke Jonggol, daerah ini boleh dibilang relatif sepi. Apalagi jalur ini adalah jalur yang cukup sepi dan cukup ‘menyenangkan’ untuk urusan pilihan touring jalur Bandung-Jakarta atau sebaliknya.
Hanya saja memang, selama empat tahun terakhir melewati daerah berbatu, berpasir dan berbukit ini, jalanan di daerah ini tidak pernah bersahabat. Jangan pernah memilih melewati Jonggol di malam hari. Selain tidak begitu ramai, jalan di sini juga penuh dengan lubang dan sepi tukang tambal ban. Jadi jangan harap bisa berlari lebih dari 80 km/jam jika ingin menembus daerah Jonggol ini.
Sebenarnya lubang-lubang ini terus tercipta lantaran banyaknya ‘badak-badak besi’ menggunakan jalur ini. Banyak sekali truk dengan kapasitas 30-40 ton menggunakan jalur ini. Jadi jangan sampai sepeda motor bebek yang ringkih ini menyenggol dan mengejutkan kendaraan besar yang umumnya bermuatan penuh dengan batu alam dan pasir yang diambil dari Jonggol ini.
Cukup lega pada saat melewati 3 bukit dan lembah daerah Jonggol ini. Artinya intensitas jebakan maut lubang-lubang besar sudah berkurang. Hingga melewati pertigaan simpang kota Jonggol lalu terus ke arah kanan dan melewati Taman Buah Mekar Sari.
Jalan Narogong – Bekasi Selatan
Begitu melewati Taman Buah Mekar Sari tidak begitu lama, jika tidak terjadi macet puarah, maka akan bertemu perempatan jalan layang. Jika lurus naik ke atas jalan layang maka itu menuju Cileungsi, jalur motor kalau mau ke Jakarta langsung via Jonggol. Berhubung target awalnya adalah Bekasi, maka di perempatan ini mesti belok kanan ke arah ujung Jl. Narogong Raya menuju Kota Bekasi.
Jika di Jonggol banyak badak besi bermuatan pasir dan batu alam sebesar kepala, maka di jalanan Narogong ini dikenal dengan banyaknya gajah-gajah berkaki 20. Jalan Narogong adalah jalur kendaraan besar-lebar-panjang. Banyak sekali truk dengan panjang hampir 12 meter lebih dengan jumlah ban yang kadang bisa mencapai 22 ban lebih.
Jalan lurus, lebar, berlobang dan banyak truk. Jangan sampai masuk berita kecelakaan kepala terlindas ban di daerah ini.
Bekasi Timur, Kenangan 19 Bulan
Senang rasanya sudah mengukur Jalan Raya Narogong dari ujung akhir hingga ke ujung awal. Bertemu pertigaan besar lalu belok kiri menuju Jl. Jenderal Ahmad Yani Bekasi Barat, salah satu pusat keramaian Kota Bekasi.
Daerah ini sempat menjadi tempat ‘mainan’ waktu tinggal dan bekerja di Kalimalang, Bekasi. Mal Metropolitan Mall dan Bekasi Cyber Park adalah tempat kalau ingin jalan-jalan menghabiskan waktu. Tempat ini strategis, dekat pintu tol, ada Islamic Center dan merupakan ujungnya Jl. Kalimalang, salah satu jalan penghubung antaran Jakarta dan Bekasi, khususnya untuk pengendara sepeda motor dan angkutan kota.
Begitu melewati GOR Bekasi yang sedang direnovasi tempat olahraga lari sore dulu dan tiba pertigaan jalan layang Summercon yang baru selesai dibangun, sepeda motor belok ke kiri.
Stasiun Kranji
Masih di daerah mainan dulu, boleh dibilang Kranji adalah salah satu jalan pangkal jika ingin ke Jakarta. Ujung pangkal yang satu lagi di daerah Bekasi Barat tadi via Kalimalang. Jika dari Kranji maka jalur Cakung yang dipilih maka masuk ke Jakarta itu datangnya dari bagian utara jakarta, gak jauh-jauh amat lah dari Tanjung Priok.
Pesta Nostalgia
Bersambung…
Wow, gw juga pernah mas, tapi Gresik-Banyuwangi PP rasanya punggung kayak mau patah ahahaha
Ada obatnya kalau punggung patah, langsung bekam.
Saya besoknya langsung bekam, alhamdulillah langsung hilang pegal di punggung ini.